Rabu, 30 Juli 2008

Journey to Madura

Bismillahirrachmanirrachim…
30-Mei-2008

Pagi ini sekitar pukul 6.30, aku beranjak dari rumah. Aku yang biasanya hanya membawa beberapa buku, atau sekedar satu flash ketika berangkat sekolah, kali ini harus membawa tas besar dan beberapa keperluan lain.
Ini dikarenakan, hari ini adalah pemberangkatanku ke Madura bersama matapena dalam acara Pelatihan Karya Ilmiah Populer yang diselenggarakan oleh Samporna foundation di Pondok Pesantren An-Nuqoyah.
Belum juga beranjak dari udara dingin Kalibening, langkahku tertuju pada sekolah yang belum begitu ramai. Aku masih sempat memberi bubur milik Mbah Lam sebagai sarapanku pagi ini. Izza sudah tiba di sekolah. Dia yang rencananya menemaniku, juga telah siap dengan perlengkapannya.
Kami masih harus beralama-lama di sekolah, karena Pak Achmad yang rencananya mau mengantar kami, masih siap-siap di ruang atas. Sembari menunggu, kami menyempatkan diri untuk berkelana di dunia maya. Sekedar membuka Friendster sebentar.
Kurang lebih jam setengah delapan, kami berangkat. Dengan menggunakan mobil Pak Jono, Zulfi mengantarkan kami sampai terminal Tingkir. Baru setelah itu kami naik bus jurusan Solo.
Bus melaju dengan kecepatan standar. Membuat kami jadi sedikit menikmati perjalanan. Dan Alhamdulillah, kami sampai Solo dengan selamat. Suatu anugrah yang sangat pantas disukuri.
Dengan masih ditemani Pak Achmad, kami menunggu jemputan dari matapena. Kurang lebih sekitar setengah jam, kami berada di terminal. Sekedar menikmati suasana terminal, juga diselingi ngobrol banyak hal.
Baru setelah jemputan dari matapena sampai, kami segera beranjak dari terminal dan berpisah dengan Pak Achmad yang rencananya beliau mau ke Jogja.
Di dalam mobil telah ada empat orang. Dua orang di dalamnya adalah penulis dan editor matapena. Mas Mahbub dan Mbak Isma. Dan dua yang lain kelihatannya dari Samporna Foundation.
Mobil segera melaju, begitu kami sampai di mobil. Perjalanan panjang kami mulai. Menyusuri kota ke kota untuk menggapai Madura yang sangat jauh.
Siang menjemput, kami turun di sebuah Musholla untuk sholat sekalian dijamak dengan ashar. kemudian ke warung dan makan siang. Setelah itu mobil melaju menelan waktu.
Perjalanan membutuhkan waktu yang lama. Melewati laut, dan barulah kami sampai di pulau seberang.
Makan malam sebentar, baru setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Pondok Pesantren An-Nuqoyah. Yang ternyata masih membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa sampai di tujuan.
Sudah hampir mendekati pesantren. Suasana sudah kental terasa. Mulai terlihat beberapa orang mengenakan pakaian khas santri. Mobil masih saja melaju sangat lama. Setelah berjam-jam berlama-lama di mobil, akhirnya sampai juga kami di tujuan.
Badan kami sudah sangat lemas. Ditambah rasa kantuk yang sudah lama menyerang sejak tadi. Tidur di mobil saja tidak memuaskan sama sekali.
Kami turun, mengambil barang-barang dan Mas Amir (-Samporna Foundation-) mengantarkan kami ke ndalemnya Nyai Ulfa.
Nyai Ulfa mengantarkan kami ke kamar. Segera kami memasuki penginapan dan meletakkan semua barang-barang.
Ke kamar mandi, sholat, setelah itu tidur melepas lelah.

***
31 Maret 2008

Pagi ini rencananya kami kumpul jam delapan. Sungguh waktu yang masih terlalu pagi untuk kami yang masih capai.
Tapi mandi pagi kali ini lebih membuat badan terasa enak. Kami telah bersiap-siap untuk menghadapi hari ini.
Aku, Izza dan Mbak Isma berfoto-foto dulu sebelum akhirnya kami sarapan pagi dengan menu yang telah disiapkan oleh ndalem.
Di depan penginapan, banyak santri berlalu lalang. Pemandangan yang tak asing, melihat santri dengan kitab-kitab sebanyak itu. Menambah rasa iri pada diriku untuk mengkaji kitab-kitab yang dibawa oleh mereka. Dengan seragam lengkap, seolah mereka juga telah siap menghadapi hari ini. Sebentar kemudian mulai terdengar koor suara santri melafadzkan nadhoman Alfiah dengan serempak menggunakan nada yang sama. Sungguh harmonis dan romantis. hehe.
Waktu berjalan, kami beranjak dari penginapan untuk menuju ke lokasi acara.
Sebuah sekolah menjadi tujuan kami. Aku dan Izza jalan-jalan melihat keadaan sekolah. Mbak Isma sendiri kelihatannya ke kantor, entah menemui siapa. Tak lama setelah kami jalan-jalan, kami menemui Mbak Isma. Setelah itu mengunjungi perpus.
Mataku terbelalak menyaksikan buku-buku besar yang terlihat dari judulnya saja sudah sangat menarik perhatianku untuk membaca. Kuambil salah satu diantaranya dan membacanya sebentar. Sebelum akhirnya kami harus beranjak menuju lokasi acara.
Acara berlangsung dengan sambutan-sambutan serta diakhiri doa. Baru setelah itu, kegiatan kami mulai. Aku, Mbak Isma, dan Mas Mahbub menjadi fasilitator dalam kegiatan kali ini.
Dan untuk memulai kegiatan, Mbak Isma Perkenalan terlebih dahulu. Selain memperkenalkan masing-masing individu, Mbak Isma juga mengenalkan matepena. Setelah itu membuat kesepakatan-kesepakatan.
Setelah Mbak Isma, baru aku yang jatah mengisi stadium general. Sebenarnya aku belum begitu mempersiapkan materi. Akhirnya, aku hanya bisa asal berbicara saja di depan. Kuncinya, aku hanya diminta untuk menyuntik dan memberi motivasi para peserta agar tertarik dan menyukai penulisan yang sebenarnya tidak terlalu sulit kalau ada niat yang gigih.
Aku berbicara banyak hal. Mulai dari pengalaman dalam hal penulisan, sampai dengan memberikan semangat dan motivasi. Dan peserta yang hanya bertigapuluh itupun sangat kritis. Mereka tidak mau pasif menanggapiku yang mulai lumutan berlama-lama di depan. Pertanyaan akhirnya mengalir semakin seru. Dan aku menjawab sejauh apa yang aku tahu dan aku mengerti.
Izza sendiri sepertinya cukup bosan jika menungguiku di ruangan pelatihan ini. Ia lebih memilih jalan-jalan dengan ditemani kamera yang cukup menghiburnya.
Aku masih berdialog di ruangan yang tak terlalu besar itu. Baru setelah aku merasa letih, kuakhiri pembicaraanku. Pemberian semangan pagi ini semoga sukses.
Setelah aku berhenti berbicara, barulah Mbak Isma tampil dan memasuki materi selanjutnya. Tentang skema bentuk-bentuk tulisan secara umum, Mengetahui posisi Karya Ilmiah Populer di antara jenis tulisan yang lain dan masih banyak lagi yang diulas. Aku tak begitu tahu, yang pasti materi yang disampaikan tetap seputar penulisan Karya Ilmiah Populer.
Karena jatahku kali ini sudah usai, aku keluar untuk menemui Izza yang asik jalan-jalan. Belum beberapa jam berlalu, Izza sudah menggandeng banyak teman. Kelihatannya kenalan Izza sangat banyak.
“Anaknya Fun-Fun, Fin.” Ucap Izza bersemangat. Wajahnya berseri-seri. Ia kelihatan menikmati suasana pesantren Madura ini.
Tak salah Izza beranggapan seperti itu. Karena santri-santri sangat santun dan menghargai. Meski selalu saja Madura terkenal dengan orang-orangnya yang kasar, tapi menurut kami kategori seperti itu tidak untuk kalangan santri. Karena setahuku, dimana-mana santri selalu dididik untuk halus dan sopan serta menghargai orang lain.
Waktu berjalan. Sudah memasuki waktu istirahat. Kami bertiga pulang ke penginapan.
Istirahat ini kami lalu di dengan Sholat, makan, dan baca buku. Sebelum akhirnya aku dan Izza diajak jalan-jalan ke pondok oleh Mbak Ana dan salah seorang santri. Mbak Ana adalah penulis novel “Cinta Lora”. “Lora” adalah nama lain dari “Gus”. Kok nggak sekalian Cinta Laura ya? Hihihi…
Mereka mengajak kami jalan-jalan ke kompleknya. Sangat jauh, tapi menyenangkan. Banyak hal yang kami temukan di pesantren yang sangat besar itu.
Sesampainya, kami dipersilahkan mengunjungi perpus. Kamipun memililih buku dan membacanya. Tak lupa, kami diperlihatkan buku karya Mbak Ana yang berjudul Samudra Cinta. Kubuka di dalamnya. Subhanalloh. Bahasa yang indah menurutku. Aku memang menyukai bahasa novel yang puitis. Terlebih isi di dalamnya bercerita tentang kisah cinta yang dipautkan pada Robb. Aku semakin tertarik untuk membacanya. “Love story”… suatu sejarah yang selalu berulang-ulang. Penyakit yang bisa menular ke siapa saja, termasuk padaku… (Ceile…). Samudra cinta milik Mbak Ana membawa kesan baik pada memoryku, penyajian yang sangat indah. Buku yang lumayan tebal ini, bercerita cukup banyak yang entah konfliknya seperti apa. Aku hanya membaca awal cerita, pertengahan dan ending.
Karena waktu tidak memungkinkanku membaca semua. Aku berencana membelinya, tapi urung. Karena tidak ada yang dijual.
Lama setelah menikmati suasana perpus yang damai dan menyenangkan, kami kembali ke lokasi acara, Mbak Atin menghampiriku dan memberikan buku karangannya. Senengnya.
Hari yang menyenangkan. Selain merasakan suasana pesantren yang adem, kami juga telah menemukan banyak orang yang baik hati. Hmm… Ahlamdulillah.
Sore menjemput. kami kembali ke lokasi acara. Beda dengan Mbak Isma dan Mas Mahbub yang masih memberi materi. Aku dan Izza malah diajak jalan-jalan sama santri-santri yang tidak mengikuti pelatihan.
Ke pondok, ke perpustakaan komplek sebelah, ke Universitas, dan lain sebagainya. Pondok ini sungguh besar. Ada banyak komplek di dalamnya. Entah tanahnya berapa hektar, tapi yang pasti sangat luas. Seolah menyerupai sebuah desa ang hanya dihuni santri. Meski masih banyak rumah warga, tapi sepertinya sebagian besar penghuni adalah santri.
Maghrib menjemput. Di penginapan, Nyai Ulfa dan putra-putrinya mengunjungi kami. Bercanda-canda, dan ngobrol banyak hal. Sebelum akhirnya kami makan bersama mereka. Suasana yang sangat riuh menghiasi malam itu. Terlebih lantunan-lantunan Al-Qur’an serta tarkhim terdengar lamat-lamat dari penginapan.
Ba’da isa’ kami kembali ke lokasi acara. Malam ini aku mendapat jatah memberikan materi. Aku tak banyak berbicara. Karena aku hanya menyampaikan struktur penulisan. Mulai dari membuat lead sampai dengan membuat akhir tulisan.
Rasa kantuk dan lelah menyerangku. Itu pula yang sepertinya terjadi dengan para peserta. Aku bisa melihat gelagat mereka yang tak bersemangat.
Untunglah, Mas Mahbub memberikan banyak semangat. Sekedar mengajak mereka melakukan tepuk penulis. Yang dengan itu, sepertinya telah banyak menghilangkan rasa kantuk. Karena Mas Mahbub sendiri juga kelihatannya sudah sangat lelah dan ngantuk.
Kegiatan selesai sekitar jam sepuluh. Kami pulang ke penginapan, dan istirahat.
Hmm… hari yang melelahkan, tapi sangat menyenangkan.
Materi yang disampaikah hari ini cukup banyak. Mengenal macam berita mulai Straigt news, soft news, feature dan dept news (Laporan investigasi). Kemudain menentukan angle, metode penulisan berita, proses penulisan dengan membuat head, lead, dan berita. Tentang Esai dan Fiksi, karakteristik, perbedaan dan metode penulisannya sampai dengan bahasa yang dipakai. Semoga bermanfaat…^_^

1 April 2008
Pagi ini, lepas sholat subuh, kami kumpul lagi di lokasi acara. Pasalnya jadwal kali ini adalah Outbond. Jadi kami butuh waktu pagi-pagi sekali untuk riset dan cari inspirasi. Selain udara masih sejuk, juga tubuh masih fit.
Kami membagi menjadi tiga kelompok. Kelompokku, kelompok Mbak Isma, dan kelompok Mas Mahbub. Aku sendiri sebenarnya kurang tahu, apa yang akan dilakukan ketika out bond. Pikirku, aku sekedar mendampingi saja.
Tak salah duga, begitu kelompok berpencar, aku mendampingi sepuluh anak untuk jalan-jalan sesuka mereka. Ternyata peserta lebih memilih menuju komplek yang lumayan jauh dari lokasi acara. Yaitu, komplek yang kemarin sempat kukunjungi bersama Izza bareng Mbak Ana dan salah seorang santri.
Kami duduk di sebuah emperan. Dan sharing bersama. Aku masih belum tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi setelahnya, aku mendapat ide untuk sekedar bertanya mengenai karya-karya para peserta. Yang akhirnya, mereka bercerita tentang karya-karya masing-masing. Ada yang membuat berita, opini, esai, cerpen, dan lain sebagainya. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan. Dan aku menjawab sepengetahuanku juga menurut pengalamanku yang kebanyakan pengalaman menulis karya tulis ilmiah populer kudapatkan dari Jobku sebagai reporter di majalah Elalang Sekolah. Meski belum begitu banyak ilmu, tapi semoga manfaat deh…
Kebanyakan dari peserta di kelompokku menulis cerita fiksi. Beberapa ide serta pertanyaan dilontarkan. Juga gagasan serta pemikiran-pemikiran peserta tentang banyak hal.
Out bond kali ini, peserta mencoba membaca lingkungan serta menghidupkan gagasan. Jadi peserta bisa berlatih untuk peka terhadap berbagai fenomena di lingkungan sekitar.
Beberapa saat setelah sharing, kami ke perpustakaan. Mencari beberapa referensi untuk penulisan. Di perpus juga terjadi dialog serta sharing. Banyak dari peserta memulai tulisannya yang beragam. Setelah Outbond, peserta kembali ke lokasi.
Aku dan Izza, jalan-jalan. Setelahnya, kami main ke salah satu kelas. Sharing dan berdialog dengan anak-anak kelas.
Beberapa saat setelah istirahat, semua peserta masih berpencar. Ada yang menulis, ada pula yang masih mencari data untuk bahan penulisan. Kebanyakan peserta ke perpus. Aku, Izza dan Mbak Isma juga ikut nimbrung di perpus.
Setelah berlama-lama di perpus. Kami menuju aula sekolah. Kali ini ada stadium general lagi. Tapi peserta bukan hanya peserta pelatihan. Tapi seluruh siswa di sekolah.
Aku tidak tahu harus mulai berbicara dari mana. Karena itu, aku minta peserta untuk melontarkan pertanyaannya, dan aku tinggal menjawab. Banyak pertanyaan yang dilontarkan. Tentang penulisan, tentang tulisanku, novelku, karya ilmiahku, sekolahku, kelas, keluarga, tentang penulisan scenario, film, dan berbagai hal. Hampir semua peserta aktif. Akupun menjawab pertanyaan dengan dibubuhi cerita-cerita agar suasana bisa cair dan seru.
Dzuhur, stadium general usai. Kami pulang ke penginapan. Istirahat, sholat, dan makan. Setelah itu, kembali ke ruang pelatihan untuk evaluasi penelitian, serta riset dan follow up pelatihan. Semua mengoreksi bersaha hasil kerja penelitan dan penulisan serta mendiskusikan beberapa kesulitan materi dan praktik.
Melihat aku yang nganggur saja di ruang pelatihan tersebut, Mbak Isma lantas menyodorkan beberapa kertas kepadaku. Ini sekumpulan kertas yang bertuliskan diary peserta. Mbak Isma memintaku untuk memilih delapan diary yang terbaik untuk diberi hadiah buku dari LKIS.
Kubaca satu persatu. Karena pada dasarnya aku paling suka menulis diary, jadi aku menikmati tulisan-tulisan peserta. Aku nyaris bingung menentukan yang terbaik. Karena menurutku semuanya baik. Untuk memilih delapan dari tigapuluh diary, tidak mudah bagiku. Ini tugas yang paling tidak kusukai dari pelatihan ini. Kalau saja mau jujur, maunya kupilih semua tulisan.
Sudah memasuki ashar, diary masih banyak yang belum kubaca. Lantas aku membawanya ke penginapan sekalian istirahat dan sholat.
Setelah sholat, Izza menyodorkan sebuah kado kecil manis untukku. Dan kuliat Izzapun mendapatkan hadiah yang sama. Dua kado itu dibungkus sama persis. Kami membuka bersama. Sebuah dolphin beserta surat yang terisi di dalamnya. Kami membaca surat miliki masing-masing. Rupa-rupanya dari salah satu santri yang tadi sempat meminta nomor hpku. Hmm… kado yang manis. Cukup adil untukku dan Izza. Karena isinya sama persis, hanya isi suratnya saja yang berbeda.
Setelah membaca surat, aku kembali disibukkan dengan diary-diary peserta pelatihan. Ada satu diary peserta yang dari awal tulisan selalu mencantumkan namaku. Mulai dari perkenalan di forum, ketika aku bercerita, malam sebelum out bond, sampai dengan akhir dari diarynya. Di situ ditulis pula keinginan dia untuk sharing atau sekedar curhat, serta keinginannya untuk memberikan hadiah sebuah cerpen kepadaku.
Setelah membaca semua tulisan. Aku meraba-raba mencari tulisan miliki orang yang beruntung kali ini (Bukan tulisan yang terbaik, karena bagiku semuanya baik). Mungkin aku nggak bakat jadi guru penilai siswa kali ya…
Delapan tulisan telah kupilih. Meski sebenarnya aku sama sekali tidak puas dan malah merasa sangat bersalah dengan memilih delapan tulisan. Diary menurutku, bukan sesuatu yang harus dinilai. Karena masing-masing pribadilah yang berhak menilai diarynya sendiri. Karena semuanya terlihat menggunakan bahasa hati. Ada yang puitis karena menampakkan kesedihan, ada yang semangat, ada yang gokil menampakkan keceriaan, dan masih banyak lagi kriteria yang menyenangkan. Tapi apa boleh buat, delapan tulisan harus kupilih.
Aku keluar penginapan bersama Izza, dengan tetap membawa diary milik beserta. Depalan tulisan milik orang yang beruntung tulipat berbeda dengan diary yang lain.
Sesampainya di lokasi acara, aku meletakkan diary-diary tersebut di meja. Izza sendiri sudah jalan-jalan entah kemana. Setelah aku pulang lagi untuk mengambil flash player, dengan ditemani dua orang santri aku menyusul Izza. Melewati jalan, melewati santri-santri, melewati beberapa komplek, dan akhirnya sampailah kami di komplek barat masjid. Benar-benar luas pesantren ini, pikirku. Aku menemukan Izza yang tengah bersama beberapa orang santri. Setelah kami ngobrol sebentar, kami memutuskan jalan-jalan. Sampailah kami di bawah pohon kepala yang terletak tepat di belakang masjid besar itu. Ngobrol-ngobrol dan menikmati suasana sore yang meriah di pesantren An-Nuqoyah.
Lama setelah itu, kami kembali ke lokasi acara. Ternyata sesi evaluasi hampir selesai.
Aku dan Izza duduk di dekat Mbak Isma. Tak lama setelah aku menduduki kursi, Mbak Isma memintaku menyebutkan delapan orang yang beruntung dalam penulisan diary.
Akupun menyebutkan satu persatu peserta yang beruntung itu dan memberikan buku untuk tiap peserta yang maju ke depan.
Setelah delapan orang disebut, dimulailah acara penutupan pelatihan kali ini.
Sambutan terakhir, berleleran. Setelah diakhiri pelatihan kali ini, semua bubar. Ada yang minta tanda tangan, minta nomor hp, dan ada yang memberikan cerpen special buatku. Aku yakin, inilah orang yang menulis diary tadi. Yang dari awal penulisan, mencantumkan namaku.
Sudah maghrib, kami pulang ke penginapan. Sholat, istirahat dan bersiap-siap buat go home.
Lepas sholat isa’, kami keluar dari penginapan dan pamitan dengan keluarga ndalem. Setelah itu, kami meluncur pulang.
Mobil melaju, berjalan dan siap meninggalkan pesantren An-Nuqoyah.
Tak lama, mobil berhenti di depan sebuah komplek untuk berpamitan dengan Lora Faizin (Gus Faizin). Beberapa saat berdialog, dan sebentar kamudian mobil melaju kembali.
Telah kulewati hari yang lelah… kunikmati istirahatku di mobil. Mendengarkan beberapa ayat-ayat Qur’an serta beberapa lagu yang telah kucopy di flash player milikku. Suasana madura masih kental terasa, terlebih mobil melaju tak begitu cepat. Aku masih sempat berlama-lama merasakan nuansa besantren ini. Beberapa santri terlihat berlalu lalang di sekitar pesantren.
Mobil melaju sangat lama, jalannya mobil membuatku terlelap dalam kelelahan ini.
Belum cukup puas melepas lelah, mobil sudah berhenti. Kami turun dan bertamu di rumah teman Mbak Isma. Kami masih di kawasan madura.
Di rumah itu, kami dijamu dengan sea food yang menggugah selera. Di rumah itu, kami juga ngobrol banyak hingga jam delapan malam lebih.
Setelah berlama-lama di kediaman tersebut, kami pun berpamitan untuk meneruskan perjalanan pulang. Aku sudah tidak sabar untuk beristirahat malam ini.
Mobil melaju, melelapkan tidur nyenyakku. Yah… sangat nyenyak sampai-sampai mataku tak lagi kuat untuk sekedar melihat suasana madura di malam hari. Mobil meninggalkan Sumeneb, melewati Pamekasan, menaiki kapal untuk menyebrangi lautan, dan tau-tau mobil sudah di Ngawi begitu aku membuka mata di pagi hari yang masih membuta. Kami sholat di musholla dekat pom bensih, setelah itu kembali menikmati perjalanan.
Sampai solo, kami turun dan sarapan dengan Nasi Liwet. Menikmati dialog pagi bersama, dan setelah itu kembali menikmati perjalanan menuju SALATIGA.
Hmm… Suasana yang menyejukkan mulai terasa begitu memasuki kawasan Salatiga. Terlebh begitu mobil berjalan untuk menggapai Kalibening. Suasana yang harmonis dan menyejukkan semakin kental terasa.
Akhirnya sampailah kami di Kalibening. Kami turun di sekolah. Mbak Isma dan yang lain bertamu. Sementara aku dan Izza, pulang…
Alhamdulillah,,,
Hari yang menyenangkan…
Semoga bermanfaat.
Wallohu a’lam bissowab…